MojokertoNetwork.com - Seiring dengan perkembangan teknologi, kian banyak istilah-istilah baru mencuat ke permukaan. Kerapkali istilah-istilah tersebut dinilai tidak masuk akal oleh segelintir orang bahkan tak jarang memiliki penamaan yang unik.
Salah satunya istilah yang kerapkali muncul akhir-akhir ini adalah istilah Strawberry Generation. Ya, siapa yang menyangka buah stroberi sekalipun bisa diadaptasi menjadi penamaan suatu istilah? Namun benar adanya mengenai istilah tersebut. Lantas, darimana sebenarnya istilah ini bermula?
Disebut bahwa istilah Strawberry Generation muncul pertama kali di Taiwan. Sebelumnya istilah ini telah booming di Taiwan untuk menyebut generasi yang lahir setelah 1981.
Baca Juga: Mengenal Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Beserta Sejarah dan Tugas Pokoknya
Lain lagi dengan kali ini, munculnya kembali istilah Strawberry Generation sebutan untuk generasi setelah millennial. Generasi millennial biasanya diperuntukkan bagi mereka yang lahir pada era 90-an, kemudian era setelah Gen Millennial di mana generasi tersebut semakin masif dengan mutakhirnya teknologi. Itulah yang disebut dengan Strawberry Generation.
Makna sebenarnya di balik istilah ini, tidak jauh dengan eksistensi buah yang menjadi nama istilahnya. Stroberi, bila kita amati ia memiliki rupa menawan. Namun ia akan menjadi rusak bilamana ada sesuatu yang 'menekan'nya atau benda tajam yang mengenainya.
Asosiasi ini yang kemudian dikaitkan dengan generasi setelah millennial, yaitu generasi yang memiliki ide gemilang, pemikiran yang out of the box, atau kreatif. Namun sayangnya, generasi tersebut lebih mudah rapuh jika ada suatu hal yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Di sisi lain, generasi ini sangat rentan dengan adanya tantangan dari luar. Adanya hal-hal yang diyakini dapat membuat dirinya tertekan, sewaktu-waktu akan membuatnya goyah.
Terbentuknya hal itu tidak sedikit yang berasumsi karena generasi yang lahir di tengah disrupsi teknologi, tidak menutup kemungkinan tergantung dengan teknologi-itu yang membuatnya menjadi pribadi yang dipenuhi dengan ide-ide kreatif.
Pun, sikap mudah rentannya merupakan konsekuensi dari pola asuh orang tua yang terlalu memenuhi semua permintaan anak serta tidak memberi ruang pada anak untuk berusaha sendiri.
Baca Juga: 6 Cara Mencegah Stunting pada Anak Sejak Masa Kehamilan, Bumil Wajib Merapat!
Selain itu, maraknya isu kesehatan mental juga perlahan menjadi concern di antara berbagai kalangan. Hanya saja tidak jarang mereka melakukan self-diagnose hanya melalui laman internet, hingga tanpa disadari itu menjadi kebiasaan yang melekat. Padahal diagnosa yang valid hanya diperoleh melalui seorang pakar yang kredibel.
Tidak ada yang salah dengan jangka waktu kapan kita lahir, atau bagian dari generasi yang mana diri ini; baby boomer-kah, millennial, atau zillennial, dan lain sebagainya. Terlepas dari itu semua, hal yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha semampu kita dan tetap fokus pada apa yang menjadi orientasi kita.***
Artikel Terkait
Kamu Wajib Tahu!! Inilah Situs Untuk Membuat Kesimpulan Secara Otomatis Berbasis Text Secara Gratis
6 Tips Lindungi Password Agar Tak Dibajak, Setop Oversharing di Sosmed
Berbekal Prosessor Snapdragon 8 Gen 2 dan MIUI 14, Xiaomi Luncurkan Ponsel terbarunya Xiaomi 13 Pro
Instagram Rilis Fitur Quiet Mode, Ungkap Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental
Keren! Samsung Galaxy A14 5G, Cuma Harga Rp 2 Juta-an Sudah Dapatkan Spek Dewa
Mau Cari Hp Baru 2023? Perkenalkan Samsung A14 5G, Lini Terbaru Ponsel Samsung Dengan Chipset Dimensity 700!
5 Rekomendasi Sofware Edit Video Untuk Pemula di Tahun 2023, Nomor 4 Wajib Dicoba!
Ini Dia 2 Cara Mengecek Apakah CV Kita ATS Friendly atau Tidak Tanpa Unduh Aplikasi dan Gratis
Tips Buat Maba 2023, Ini Dia 4 Cara Menghubungi Dosen yang Benar dan Sopan
Mengenal Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Beserta Sejarah dan Tugas Pokoknya